Kumpulan 5 Hadits Tentang Makanan yang Halal dan Baik: Dalil dan Keutamaannya!

Sebagai seorang muslim, tentu sudah selayaknya bagi kita untuk mengonsumsi makanan yang halal. Baik itu halal zatnya, maupun halal dari cara mendapatkannya.

Disini, kami telah mengumpulkan beberapa hadits tentang makanan yang halal dan baik sebagai tambahan referensi bagi Anda semua. Semoga bermanfaat ya!

1. Makanan Mempengaruhi Doa

أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة

“Perbaikilah makananmu, maka do’amu akan mustajab.” (HR Thabroni)

Anda pernah merasa selalu berdoa kepada Allah akan tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan? Jika itu terjadi, bisa saja Allah enggan mengabulkan doa Anda tersebut karena Anda kerap mengonsumi makanan yang haram. Dan makanan haram otomatis bukan makanan halal dan baik bukan?

Karena itu jika hal tersebut terjadi, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah betul-betul menjaga setiap apa saja yang masuk ke dalam sistem pencernaan Anda. Baik itu makanan maupun minuman. Pastikan bahan-bahan serta asal muasal makanan tersebut betul-betul terjamin kehalalannya.

Insya Allah apabila kebiasaan tersebut dilakukan, maka doa Anda akan lebih mudah dikabulkan sebagaimana yang sudah diisyaratkan oleh hadits di atas.

2. Ancaman Bagi yang Memakan Makanan Haram

مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.” (HR. Ibnu Hibban)

Dengan sangat jelas, disini Baginda SAW memberikan sebuah isyarat yang cukup membuat para pelakuknya bisa bergidig ngeri karenanya. Bagaimana tidak, disini Beliau langsung mengancam dengan neraka kepada orang-orang tersebut. Siapakah mereka?

Mereka adalah siapa saja yang mengonsumi makanan yang sumber pendapatan untuk membeli makanan tersebut berasal dari pekerjaan yang haram. Seperti apa contoh pekerjaan tersebut? Misalnya para pencuri, koruptor, pegawai bank, penarik pajak, pelacur, bartender, dan masih banyak yang lainnya.

3. Mewariskan Kebaikan

Bila selama ini kita merasa malas dan berat untuk beramal? Alangkah baiknya bila kita mengoreksi kembali makanan dan minuman yang masuk ke perut kita. Jangan-jangan ada yang perlu ditinjau ulang. Hal ini karena Nabi SAW bersabda:

إِنَّ الْخَيْرَ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ

Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang sejati?”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya adalah, apabila makanan yang kita konsumsi adalah makanan yang zatnya halal dan baik serta dibeli dari uang yang didapatkan secara halal, insya Allah ibadah dan pekerjaan sehari-hari kita lebih ringan dan mudah dilakukan.

4. Kisah Seseorang yang Makan Makanan Haram

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Sesungguhnya Allah baik, tidak menerima kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mu’min sebagaimana yang diperintahkan kepada para rasul.” Allah berfirman, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dan firmanNya yang lain: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.”

Kemudian beliau mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit : “Ya Rabbi ! Ya Rabbi! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari minuman yang haram,dan dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima do’anya.” (HR Muslim)

Secara maknanya, hadits yang tercantum dalam Arbain Nawawi ini sangat mirip dengan hadits yang pertama. Bahwasanya siapa saja yang makanannya haram, pakaiannya haram, serta mendapatkan harta dari cara yang haram, maka Allah sangat sulit untuk mengabulkan doa-doanya.

Jika dikabulkan pun, maka hal tersebut merupakan bagian dari istidraj. Dan tentu, istidraj sendiri merupakan perkara yang sangat mengerikan di akhirat kelak.

5. Yang Halal Itu Jelas

إِنَّ الْحَلالَ بَـيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ، لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّـبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِيْ الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الْحَرَامِ: كَالرَّاعِيْ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ

“Sesungguhnya perkara yang halal itu sudah jelas, dan perkara yang haram juga sudah jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang masih samar (syubhat) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia.

Barangsiapa menjauhinya, berarti ia telah membersihkan agamanya dan kehormatannya, dan barangsiapa menjatuhkan diri dalam perkara-perkara yang syubhat, berarti ia telah menjatuhkan diri dalam keharaman, seperti seorang penggembala yang menggembala di daerah terlarang, sehingga hampir-hampir ia terperosok di dalamnya.” (Muttafaqun Alaih)

Terakhir, pada hadits ini Nabi SAW mengingatkan bahwasanya perkara-perkara yang halal itu sudah sangat jelas. Perkara tersebut baik berupa makanan yang dihalalkan untuk dimakan, pakaian yang dibolehkan untuk dikenakan, dan berbagai perkara yang semisal.

Karena itu, hendaknya bagi kita semua untuk mengonsumsi makanan yang sudah pasti kehalalannya saja. Jangan sampai justru malah doyan memakan makanan yang status hukumnya masih diperdebatkan atau bahkan yang haram. Wallaahu A’lam

Baca juga:

Hadits Tentang Toleransi dan Penjelasannya