Kumpulan 5 Hadits Tentang Berprasangka Buruk: Makna dan Ancamannya!

Sebagai manusia yang tidak luput dosa dan kesalahan, tentu terkadang kita memiliki prasangka buruk kepada sesama bukan? Entah itu kepada kawan, guru, orang tua, saudara, atau bahkan mungkin kepada Allah.

Padahal seharusnya seorang muslim membuang jauh-jauh sifat tersebut. Sebab pada banyak hadits, Rasulullah telah menjelaskan betapa besar ancaman yang akan didapatkan bagi orang yang suka berburuk sangka. Nah, berikut ini beberapa hadits tentang berprasangka buruk yang mungkin dapat menjadi pengingat kita semua.

1. Makna Berprasangka Buruk

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ketika Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Kitab Fathul Bari menjelaskan tentang makna menjauhi prasangka buruk dalam hadits di atas, beliau menukil ucapan Imam al-Khaththabi dan selainnya yaitu,

“Maknanya adalah meninggalkan pelampiasan dari sebuah persangkaan buruk yang bisa membahayakan orang yang dicurigai, demikian pula persangkaan yang terus menetap di hati tanpa bukti. Yang demikian itu karena prasangka yang hanya muncul di awal adalah lintasan benak yang tidak mungkin bisa ditolak, dan yang tidak mungkin bisa ditolak maka tidaklah dihitung sebagai dosa.”

2. Larangan Berprasangka Buruk

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Artinya: “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas sebenarnya sama dengan hadits di atas. Hanya saja disini kami mengambil POV yang berbeda.

Dalam hal ini Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”

Kemudian, dalam hadits ini juga buruk sangka (suu zhan) digelari dengan ucapan yang paling dusta. Hal ini karena disebabkan dua hal:

  • Makna dusta adalah perkara yang menyelisihi realita dan fakta tanpa bersandar kepada bukti dan indikasi, adapun prasangka (zhan) adalah aktivitas yang subjeknya mengklaim atau memberi kesan bahwa dia memiliki bukti atas prasangka tersebut, maka akumulasi dari dua fakta inilah aktivitas tersebut dianggap sebagai akdzabul hadis alias ucapan yang paling dusta.
  • Sejatinya sumber dari buruk sangka adalah bisikan-bisikan yang terbetik dalam jiwa, yang kemudian kerap menimbulkan ucapan dan perbuatan yang berkontradiksi dengan fakta dan realita yang sebenarnya, oleh karena itu diberi predikat sebagai akdzabul hadis.

3. Prasangka Sekejap Diperbolehkan

إنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ تَجَاوَزَ لِأُمَّتي عَمَّا حَدَّثَتْ به أَنْفُسَهَا، ما لَمْ تَعْمَلْ، أَوْ تَكَلَّمْ بهِ

“Sesungguhnya Allah azza wajalla memaafkan bagi umatku terkait perkara yang terbetik dalam hati seseorang, selama ia tidak mengamalkannya atau mengucapkannya.” (HR Muslim)

Dari hadits di atas, setidaknya Rasulullah menjelaskan bahwa Allah akan memaafkan alias tidak memberi dosa tatkala ada seseorang yang memiliki prasangka buruk kepada orang lain, yang mana prasangkanya hanya bersifat sekejap tanpa adanya tindak lanjut dari prasangka tersebut.

Karena itu, sejatinya prasangka buruk yang dilarang oleh syara adalah prasangka yang menetap di dalam hati dan tidak lenyap, sebab prasangka jenis ini berubah menjadi keyakinan yang merupakan bagian dari amalan hati, apalagi jika diiringi dengan aktivitas yang lain seperti mengucapkan dan menceritakan prasangka tersebut kepada orang lain, atau melakukan aktivitas tajassus (memata-matai), atau bahkan melakukan aktivitas menghakimi dan menuduh orang dicurigai tersebut.

4. Dosa Berprasangka Buruk

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:

مَا يَزَالُ الْمَسْرُوْقُ مِنْهُ يَتَظَنَّى حَتَّى يَصِيْرَ أَعْظَمُ مِنَ السَارِقِ

“Orang yang dicuri terus menerus berburuk sangka, hingga dosanya pun lebih besar daripada pencuri.” (HR. Bukhari)

Pada hadits mauquf singkat yang diriwayatkan Imam Bukhari tersebut, terdapat sebuah peringatan yang harus diperhatikan setiap muslim. Disana Ibnu Mas’ud menyatakan bahwasanya dosa orang yang dicuri bisa lebih besar daripada orang yang mencuri. Lah kok bisa?

Yang demikian itu karena orang yang dicuri ini terus-menerus menduga-duga buruk kepada orang lain tanpa bukti yang jelas, hingga akhirnya pun ia terjatuh ke dalam dosa memata-matai, kemudian membenci, bahkan bukan tidak mungkin akan berlanjut kepada dosa membicarakan keburukan orang lain (ghibah), menuduh orang sembarangan, dan pertikaian.

5. Jangan Suudzan Kepada Allah

رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

Rasulullah SAW bersabda, bahwasanya Allah SWT berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, Aku akan bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” (HR Al Haitsami)

Selain dilarang berprasangka buruk ke sesama manusia. seorang muslim pun dilarang untuk berprasangka buruk kepada Allah. Karena itu jangan sampai ada seorang muslim yang suudzan kepada Allah karena merasa Dia tidak adil dalam memberikan rezeki kepada para hamba-Nya. Atau jangan juga Anda merasa kesal kepada Allah karena doa yang dilantukan tak kunjung dikabulkan. Wallaahu A’lam

Baca juga:

Hadits Tentang Melahirkan

Hadits Tentang Mukjizat Nabi Isa