Anda sedang mencari informasi seputar hadits tentang ulang tahun? Jika iya, maka Anda sangat tepat sekali datang ke artikel ini. Disini kami telah mengumpulkan beberapa hadits yang related dengan apa yang Anda cari.
Disclaimer: Perlu Anda ketahui, sejatinya tidak ada satupun hadits dari Rasulullah yang menjelaskan tentang ulang tahun. Baik itu seputar dalil perayaannya, keutamaan, atau apapun itu yang berkaitan dengannya. Karena itu disini kami hanya menyajikan hadits-hadits yang kiranya dapat dijadikan muhasabah oleh siapapun ketika sedang ulang tahun.
1. Momen Perubahan
Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim)
Pada hadits di atas, Nabi SAW menasihati seorang sahabat yang pada hakikatnya adalah nasihat bagi seluruh kaum muslim pada umumnya. Ya, Beliau berpesan kepada kita untuk betul-betul memanfaatkan nikmat yang Allah berikan sebelum Allah cabut nikmat tersebut.
Karena itulah, jangan sampai kita semua melalaikan nikmat-nikmat tersebut. Manfaatkanlah masa muda dan masa senggang yang ada untuk diisi dengan berbagai amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai bertambahnya usia pada momen ulang tahun justru menjadi titik tolak perubahan ke arah yang lebih baik.
Siapkanlah bekal terbaik menuju kehidupan berikutnya, sebab sejatinya kehidupan dunia hanyalah sementara dan hanya sebagai tempat persinggahan sejenak.
2. Kesempurnaan Islam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
“Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi)
Jika Anda merasa sebagai seorang muslim yang taat secara sepenuhnya kepada Allah, maka sudah seharusnya untuk meninggalkan berbagai perbuatan yang tidak memiliki faedah sama sekali, baik itu faedah bagi diri sendiri, sesama, maupun agama.
Seorang muslim yang baik, dia akan senantiasa mengisi waktunya dengan amalan-amalan dan aktivitas yang mendekatkan diri kepada Allah. Ia tidak akan terlena dengan permainan dan perbuatan yang bersifat melalaikan. Ia selalu berupaya untuk menanam benih-benih kebaikan yang akan dipanen nanti di akhirat kelak.
Termasuk diantara perkara yang melalaikan dan tidak berfaedah adalah merayakan ulang tahun dengan perayaan yang menyerupai orang-orang kafir. Seperti dengan nyanyian, peniupan lilin, menggunakan topi segitiga, dan yang semisalnya. Bahkan tidak hanya berfaedah, perbuatan tersebut juga merupakan suatu keharaman. Baginda SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR Abu Dawud)
3. Orang Cerdas
الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ
”Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.” (HR Tirmidzi)
Apabila Anda mengira bahwa orang cerdas adalah mereka yang menguasai banyak hal, menemukan berbagai alat-alat hebat, ataupun memiliki pemikiran yang brilian, maka anggapan tersebut bisa dikatakan kurang tepat.
Hal ini karena jika menurut hadits di atas, orang yang cerdas itu adalah siapa saja yang menyiapkan dirinya untuk kehidupan setelah dunia. Ia akan mengisi waktunya dengan perkara-perkara yang dapat meninggikan derajatnya di akhirat kelak. Ia pun tidak akan tergoda untuk masuk ke dalam kenikmatan maksiat. Termasuk diantaranya meninggalkan perayaan ulang tahun ala kebarat-baratan.
4. Nikmat Terbesar
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)
Dalam hal ini Ibnu Bathol berkata, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.” Wallaahu A’lam
Baca juga:
Hadits Tentang Memelihara Anak Yatim
Membantu Anda menelusuri informasi seputar kehahalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Saat ini sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar, Mesir. Ikuti kami di Telegram!