Mengenal Kitab Tanbihul Ghafilin: Profil Pengarang dan Ringkasannya

Tanbihul Ghafilin merupakan sebuah kitab nasihat yang sering dijadikan bahan ajar di berbagai pesantren salaf (tradisional) yang ada di Indonesia. Jika Anda sedang mencari informasi tentangnya, maka sangat tepat datang ke artikel ini. Disini kami telah mengulas Tanbihul Ghafilin secara padat dan menyeluruh.

Semoga bermanfaat ya!

Profil Pengarang Tanbihul Ghafilin

Kitab bergenre ahlak dan nasihat yang cukup fenomenal ini ditulis dan disusun oleh salah satu mufassir, ahli fiqih, dan pakar hadits di masanya, yaitu Imam Abu Laits Al Samarqandi. Beliau merupakan seorang ulama yang masyhur dengan kewaroan dan ketaqwaannya. Selain itu, keilmuan beliau pun sudah tidak bisa diragukan lagi.

Kelahiran dan Keluarganya

Ulama yang memiliki nama lengkap al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Balkhi ini dilahirkan di Samarkand, sebuah daerah di negara Uzbekistan saat ini, pada awal abad ke-4 H, tepatnya pada tahun 301 H.

Selain dikenal dengan panggilan Abi Laits, beliau juga dikenal dengan panggilan al-Samarqandi yang merupakan nama kunyah dari penisbatan kepada kota kelahirannya

Samarkand, tempat kelahirannya, merupakan salah satu kiblat bagi pecinta ilmu di masanya. Tidak terhitung banyaknya ulama, fuqoha, penasehat dan ahli sufi pergi ke sana untuk mengkaji dan mengamalkan ilmunya.

Dalam catatan sejarah yang beredar, tidak diketahui secara pasti mengenai kondisi keluarga dari Imam Abu Laits. Hanya saja, keluarga beliau bukanlah keluarga yang abai terhadap pendidikan anggota keluarganya. Karena itu, sedari dini orang tua beliau telah mendidiknya dengan didikan yang mengarah kepada peningkatan ketaqwaan dan keilmuan sejak dini.

Perjalanan Keilmuan

Dibawah pengasuhan dan pengawalan kedua orang tuanya, Laits kecil telah belajar untuk senantiasa menghafalkan Al Qur’an. Selain itu beliau pun sedikit-sedikit diajari berbagai hal positif yang tentunya berguna bagi masa depannya kelak.

Ketika menginjak remaja, Abu Laits telah meninggalkan Samarqand untuk melanjutkan pengembarannya dalam menuntut ilmu. Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu cukup panjang hingga bertemu dengan banyak ulama’ hebat dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang kemudian menjadi gurunya.

Diantara guru-guru beliau yang berpengaruh dalam keilmuannya adalah Muhammad bin Ibrahim al-Taudzi, Abu Ja’far al-Handawani (Abu Ja’far al-Balkhi), Khalil bin Ahmad al-Qadhi, Muhammad bin al-Fadhl al-Balkhi dan lain sebagainya.

Karya-karyanya

Sebagai seorang ulama besar, Abu Laits yang bermadzhab hanafi ini juga telah berhasil menorehkan karya-karya tulis yang banyak memberikan manfaat hingga saat ini. Selain Tanbihul Ghafilin yang akan dibahas dalam artikel ini, beliau juga telah menulis berbagai kitab fenomenal yang lainnya seperti:

  1. Al-Nawazil fi al-Fatawa
  2. Uyun al-Masail fi furu’ al-Fiqh al-Hanafi
  3. Bustan al-Arifin
  4. Asrar al-Wahy
  5. Syarh Jami’ al-Shagir
  6. Al-Nawadir al-Mufidah
  7. Tafsir Bahr al-Ulum (Tafsir Samarqandy)
  8. Dan beberapa yang lainnya.

Wafatnya

Abu al-Laits al-Samarqandi berpulang keharibaan Yang Maha Kuasa pada malam selasa tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 375 H. Beliau dimakamkan pada siang hari di kota Balkh di samping kuburan gurunya yang mulia, yaitu Abu Ja’far al-Hindiwany.

Ringkasan Tanbihul Ghafilin

Sebagaimana yang telah diketahui bersama, pembahasan ahlak merupakan salah satu hal penting dalam agama islam. Hal ini karena ahlak merupakan sifat yang berkaitan erat dengan muamalah (interaksi) diantara manusia. Jika seseorang memiliki ahlak yang baik, tentu ia akan disenangi dan disayangi banyak orang.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki ahlak atau perangai yang buruk seperti gemar riya, dengki, sombong dan yang semisalnya, maka tentu orang-orang pun akan banyak yang membencinya.

Saking pentingnya ahlak, Rasulullah Saw. sendiri telah menegaskan bahwa dia diutus oleh Allah untuk menyempurnakan ahlak yang mulia. Sebagaimana sabdanya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR Bukhari)

Karena pentingnya ahlak tersebut, maka Imam Abu Laits menulis sebuah kitab yang sangat berkaitan erat dengan pembahasan ahlak. Kitab tersebut adalah Tanbihul Ghafilin.

Kitab ini memiliki nama asli “Tanbihul Ghafilin bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya’ wal Mursalin”. Yang mana jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, makna dari nama asli tersebut adalah “Peringatan bagi orang-orang yang lalai dengan hadits-hadits dari Penghulu para Nabi dan Rasul (Muhammad Saw)”.

Karena itu, secara umum kitab ini berisikan nasihat-nasihat kepada setiap manusia agar tidak lalai dalam menjalani kehidupannya. Hal ini karena kehidupan di dunia hanyalah kehidupan yang fana. Selain itu, kehidupan dunia pun hanyalah gurauan dan permainan semata. Sebagaimana Allah berfiriman:

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ  

Artinya: Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau (TQS Al-‘Ankabut: 64)

Meskipun kitab ini dibuat pada sekitar abad ke-4 H, nasihat-nasihat yang Imam Abu Laits sampaikan dalam Tanbihul Ghafilin ini masih sangat sesuai dan relevan dalam kehidupan di zaman sekarang. Apalagi di zaman sekarang ini lebih banyak lagi manusia yang lalai akan kehidupannya. Banyak dari mereka yang membuang-buang waktunya untuk aktivitas yang tidak ada faidah bagi dirinya.

Secara umum, di dalam Tanbihul Ghafilin terdapat 94 bab yang menjadi poin pembahasannya. Imam Abu Laits memulai kitabnya dengan bab ikhlas. Kemudian secara berurutan diikuti dengan bahasan kegentingan mati, siska, kubur, hari kiamat, sifat neraka dan para penghuninya, sifat surga dan para penghuninya, serta berbagai bahasan lain yang senantiasa dapat menambah semangat hidup dan keimanan bagi setiap pembacanya.

Kemudian sebagai sebuah kitab yang membahas ahlak, Tanbihul Ghafilin memiliki gaya bahasa yang renyah dan mudah dipahami oleh pembacanya. Hanya saja, di dalamnya terdapat cukup banyak hadits yang dloif dan bahkan palsu.

Karena itu, ada bagusnya jika Anda membaca kitab ini dibawah pengawasan ustadz atau guru yang memang dapat mengarahkan dan menjelaskan Anda tentang bagaimana sikap dalam menghadapi sebuah hadits yang berstatus dlaif atau bahkan maudlu’.

Over all, kitab ini sangat cocok untuk Anda baca sebagai booster hidup dan keimanan. Wallaahu A‘lam

Baca juga:

Kitab Mutammimah Jurumiyah: Profil Pengarang dan Ringkasan Isinya

Kitab Kifayatul Akhyar: Profil Penulis dan Ringkasan Isinya