Di zaman yang semakin modern ini, kadang kala banyak diantara manusia yang kepo secara berlebihan dan kerap kali ingin mengetahui urusan orang lain. Bahkan saking ingin taunya, terkadang mereka menggunakan cara-cara tidak terpuji seperti menyadap akun media sosial dan yang lainnya.
Padahal dalam islam, mengurusi orang lain termasuk perkara yang tidak diperbolehkan. Terdapat beberapa hadits tentang jangan mengurusi urusan orang lain yang tersebar di beberapa kitab. Penasaran kan apa saja? Kuy simak tulisannya!
1. Larangan Mengintip Rumah Orang Lain
نْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا اطَّلَعَ عَلَيْكَ بِغَيْرِ إِذْنٍ فَخَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ
Dari Abu Hurairah R.A, bahwasanya Rasulullah Saw. telah bersabda: “Seandainya seseorang mengintip ke dalam rumahmu tanpa izin, maka tidak berdosa bagaimu sekiranya kamu melempar dia dengan kerikil dan mencongkel matanya.” (HR Muslim)
Meskipun secara zhahirnya hadits ini merupakan larangan bagi seorang muslim agar tidak mengintip rumah orang lain, secara tidak langsung hadits yang singkat ini juga menunjukkan larangan bagi setiap muslim untuk mencampuri orang lain.
Hal ini karena mengintip rumah seseorang yang nobatene merupakan tempat privasi orang tersebut bisa dikatakan sama saja dengan mencampuri urusan pribadinya. Karena itu jelas sekali bagi seorang muslim haram hukumnya untuk ikut mencampuri masalah yang bukan menjadi urusannya.
2. Lebih Baik Memerhatikan Diri Sendiri
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR Bukhari)
Hadits yang berstatus mauquf ini bisa dikatakan persis dengan salah satu peribahasa bahasa Indonesia yang cukup dikenal yaitu, “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.”
Ya, terkadang kebanyakan manusia cenderung memikirkan urusan dan aib yang ada pada orang lain, namun di waktu yang bersamaan ia lupa dengan aibnya sendiri. Dan hal tersebut jelas bukan merupakan perbuatan yang baik.
Karena itu, nasihat dari Abu Hurairah ini amatlah related dengan kondisi yang terjadi saat ini. Yang seharusnya kita pikirkan adalah ‘aib atau masalah kita sendiri yang begitu banyak. Tidak perlu kita bercapek-capek memikirkan ‘aib orang lain, atau bahkan menceritakan ‘aib saudara kita di hadapan orang lain. ‘Aib kita, kitalah yang lebih tahu. Adapun ‘aib dan masalah orang lain, sungguh kita tidak mengetahui seluk beluk hati mereka.
3. Akan Dibukakan Keburukannya Oleh Allah
يا معشَرَ مَن أسْلَمَ بلِسانِه، ولم يُفْضِ الإيمانُ إلى قلبِه، لا تُؤْذُوا المُسلِمينَ، ولا تُعَيِّروهم، ولا تتَّبِعوا عَوْراتِهم؛ فإنَّه مَن تتَبَّع عَوْرةَ أخيه المسلِمِ تتَبَّع اللهُ عورتَه، ومَن تتَّبَع اللهُ عَورتَه يَفْضَحْهُ ولو في جَوفِ رَحلِه
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya padahal iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin! Janganlah menjelekkan mereka! Jangan mencari-cari kekurangan mereka! Sebab, barang siapa mencari-cari kekurangan saudaranya yang muslim, niscaya Allah akan mencari-cari kekurangannya. Barang siapa yang Allah cari-cari kekurangannya, niscaya Allah akan membongkar aibnya dan mempermalukannya, walaupun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Tirmidzi)
Sama dengan hadits pertama, hadits ini tidak secara langsung menyebut larangan bagi seorang muslim untuk mengurusi urusan orang lain. Namun terkadang ada saja orang diluar sana yang ngurusin hidup orang lain hanya karena ingin mencari kekurangan orang tersebut. Nah jika itu terjadi, maka siap-siap saja kekurangan dan aib-aibnya akan dibongkar oleh Allah.
4. Tidak Mengurusi Hidup Orang Lain Dengan Ghibah
Dari Abu Hurairah R.A, Rasulullah Saw bersabda,
أَتَدْرُونَ ما الغِيبَةُ؟ قالوا: اللَّهُ ورَسولُهُ أعْلَمُ، قالَ: ذِكْرُكَ أخاكَ بما يَكْرَهُ قيلَ أفَرَأَيْتَ إنْ كانَ في أخِي ما أقُولُ؟ قالَ: إنْ كانَ فيه ما تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وإنْ لَمْ يَكُنْ فيه فقَدْ بَهَتَّهُ.
“Tahukah kalian apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika sesuai kenyataan berarti Engkau telah menggibahnya. Jika tidak sesuai, berarti Engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Diantara bentuk mengurusi hidup orang lain yang kerap dilakukan oleh masyarakat sekarang adalah dengan mengghibah orang tersebut. Ya, mereka membicarakan urusan-urusan orang tersebut di belakangnya. Hal ini jelas suatu dosa yang amat nyata. Terlebih, dosa ghibah sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah layaknya memakan daging saudaranya yang dighibahin tersebut.
5. Larangan Menguping Percakapan Orang Lain
وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dan Barangsiapa yang Menyimak Percakapan satu kaum padahal mereka Tidak Suka (Didengar) atau akan Menjauh darinya (jika tahu), akan Dituangkan Timah Panas pada Telinganya di Hari Kiamat.” (HR Bukhari).
Salah satu cara yang biasanya dilakukan untuk mengetahui dan mencampuri urusan orang lain adalah dengan menguping pembicaraan yang sedang dilakukan orang tersebut. Ada yang melakukannya dengan cara menyadap alat komunikasi, menggunakan jasa mata-mata, atau bahkan menyelinap untuk mendengar pembicaraan tersebut secara langsung.
Nah berdasarkan hadits di atas, perbuatan yang semacam itu jelas merupakan suatu keharaman yang nyata. Hal ini karena pada akhir matan hadits tersebut dijelaskan tentang ancaman yang akan didapatkan pelakunya. Dalam Ushul Fiqih, ketika ada dalil larangan yang berisikan ancaman, maka larangan tersebut bersifat tegas yang memiliki makna keharaman.
6. Buang-buang Waktu
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Nasai dan Baihaqi).
Percayalah, mencampuri urusan orang lain tanpa diminta adalah hal sia-sia dan menghabiskan banyak waktu. Padahal tentu kita memahami bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga dan harus dimaksimalkan sebisa mungkin. Karena itu lebih baik bagi kita untuk tidak mencampuri hidup orang lain.
Dalam hal ini Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها
Artinya: “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya.” [Al-Fawaid hal 44]
7. Perintah Meninggalkan Perkara yang Tidak Berfaedah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi)
Pada hadits sebelumnya, dijelaskan bahwa mencampuri urusan orang lain adalah perkara yang tidak penting dan sangat unfaedah. Nah karena itu seorang muslim yang sejati sudah seharusnya meninggalkan perkara ini. Hal tersebut karena meninggalkan perkara yang unfaedah sebagai kesempurnaan islam seorang muslim. Wallaahu A’lam
Baca juga:
Hadits Tentang Ucapan Insya Allah
Hadits Tentang Memilih Calon Suami
Membantu Anda menelusuri informasi seputar kehahalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Saat ini sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar, Mesir. Ikuti kami di Telegram!