Kumpulan 5 Hadits Tentang Rezeki Sudah Diatur: Tak Usah Risau!

Di zaman yang semakin maju ini, masih saja banyak kaum muslim yang terlalu over thinking mengenai rezekinya. Dari sikap tersebut, akhirnya meningkatkan kasus depresi dan bunuh diri yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Padahal, sejatinya di dalam islam rezeki merupakan perkara yang sudah ditakar oleh Allah kepada para hamba-Nya. Karena itu seorang muslim harusnya tidak terlalu menganggap pusing perkara rezeki. Asalkan telah berikhtiyar, serahkanlah semuanya kepada Allah.

Nah, berikut ini beberapa hadits tentang rezeki sudah diatur yang insya Allah dapat menguatkan dan meneguhkan Anda dalam mencari rezeki.

1. Rezeki Tidak Mungkin Tertukar

Sebelum masuk ke beberapa hadits tetang rezeki sudah diatur, ada satu ayat Qur’an terlebih dahulu yang kami kira harus dimasukkan ke dalam daftar sebagai penguat hadits-hadits yang akan datang di bawah setelah ini. Allah berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)

Dalam ayat ini setidaknya sudah sangat jelas bahwasanya kadar rezeki setiap hamba merupakan hak preogratif Allah. Dialah yang berhak meluaskan dan menyempitkan rezeki seseorang, karena itu seorang hamba sejatinya tidak perlu risau akan rezeki yang Allah tetapkan.

Manusia hanya perlu berusaha semaksimal mungkin, biar nanti Allah yang menentukan hasilnya. Namun tentu, sudah selayaknya untuk mencari rezeki dengan cara halal ya. Lebih baik halal sedikit daripada banyak tapi dari yang haram.

Ada sebuah sabda Nabi Saw:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad)

Dengan kita meninggalkan pekerjaan yang haram karena Allah, maka insya Allah akan diganti dengan rizki yang lebih baik.

2. Rizki Manusia Pasti Terpenuhi

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah)

Hadits ini selaras dengan penjelasan poin pertama di atas yang menyebut bahwa rizki setiap manusia sudah terjamin dengan baik hingga ajalnya menghampiri. Karena itu sudah selayaknya bagi setiap manusia agar lebih memfokuskan diri untuk mengerjakan apapun yang diperintahkan Allah.

Tidak perlu terlalu menyibukkan seluruh waktumu untuk mencari rezeki, seimbangkanlah waktumu mengais rezeki dengan waktu untuk beribadah kepada-Nya.

Hal ini karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah dengan hikmahNya berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti dengan rahmatNya membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

3. Telah Ditakar Jauh-Jauh Hari

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang shahih ini, Allah Swt mengabarkan kepada manusia bahwasanya Dia telah menetapkan takdir setiap manusia yang dalam hal ini adalah rezeki, kelahiran ajal, dan yang lainnya semenjak 50 ribu tahun sebelum dunia dan seisinya diciptakan. So, Anda tidak usah terlalu over thinking seputar rezeki, selagi ikhtiyar sudah dilaksanakan maka serahkanlah semuanya kepada Allah.

4. Ditetapkan di Dalam Kandungan

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.

Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara umum menjelaskan seputar proses penciptaan manusia dari yang awalnya hanya setetes mani menjadi bentuk yang sempurna seperti sekarang ini. Namun tidak hanya itu, di dalamnya juga terdapat penjelasan bahwa takdir yang telah Allah tetapkan jauh-jauh hari tersebut ditiupkan berbarengan dengan ruhnya pada bulan ke 4 usia kandungan seorang ibu.

Karena itu, dalam islam sendiri jika ada seorang wanita yang mengaborsi kandungan pada usia 4 bulan, maka ia dihukumi sebagai pembunuh. Sebab bayi yang ada dalam kandungannya sejatinya sudah hidup dan memiliki nyawa.

5. Mencari Rizki yang Halal

نَفَثَ رُوحُ الْقُدُسِ فِي رَوْعِي أَنَّ نفْسًا لَنْ تَخْرُجَ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا، وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا، فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، وَلا يَحْمِلَنَّكُمِ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعْصِيَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ لا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلا بِطَاعَتِهِ”.

“Ruh Kudus (Malaikat Jibril) membisikkan di dadaku bahwa ‘tidaklah suatu jiwa meninggal dunia sampai disempurnakan baginya ajal dan dipenuhi rezekinya. Oleh karenanya perbaguslah di dalam mencari rezeki. Janganlah ia merasa lambatnya rezeki, menyebabkan ia mencari rezeki tersebut dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah tidak dapat dicapai kecuali dengan mentaati-Nya.” (HR Thabrani)

Sebenarnya makna hadits ini sama dengan hadits yang kedua, pada intinya setiap manusia yang hidup di dunia telah ditetapkan rezekinya masing-masing.

Selain itu, Rasulullah SAW melalui hadits ini juga berpesan kepada setiap muslim agar tidak mencari rezeki dengan cara bermaksiat kepada Allah, yang mana maksudnya adalah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang diharamkan seperti menjadi koruptor, pencuri, judi, dan yang semisalnya. Wallaahu A’lam

Baca juga:

Hadits Tentang Memilih Calon Suami

Hadits Tentang Menjelek-jelekan Orang Lain