Kumpulan 5 Hadits Tentang Orang Tua yang Terlalu Mengekang Anaknya

Anda sedang mencari beberapa hadits tentang orang tua yang terlalu mengekang anaknya? Jika iya, maka Anda sangat beruntung. Di artikel ini kami telah mengumpulkan hadits yang Anda cari tersebut dengan sedikit penjelasan yang mungkin dapat bermanfaat bagi Anda semua.

1. Tidak Terlalu Mengekang Masalah Jodoh

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk melamar (wanita kalian), maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut (dengan wanita kalian). Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)

Hadits diatas khithabnya adalah ditujukan kepada si wali wanita (yang berhak menikahkan orang yang berada dalam perwaliannya) bukan kepada si pelamar.
Sedangkan si wanita itu sendiri ia berhak menolak atau membatalkan lamaran (khitbah) walaupun orang yang melamarnya adalah seorang laki-laki yang shalih (baik agamanya) namun ia tidak menyukainya.

Nah, dalam hal ini seorang wali tidak boleh terlalu mengekang anaknya dengan tidak memberikan restu jika gadisnya sudah bersedia untuk menikah. Atau juga seorang wali dilarang memaksa gadisnya untuk menerima lamaran siapapun jika ia tidak suka dan enggan untuk menikah. Sebab hal itu nantinya dapat memicu permasalahan yang cukup besar di kemudian hari.

2. Berdosa Jika Menyia-nyiakan Anaknya

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya.” (HR An-Nasa’i dan Al-Hakim).

Dalam hal ini, tentu anak adalah amanah orang tua yang harus dijaga dan dimaksimalkan potensinya. Setiap anak pastinya memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh yang lain. Sebagai contoh, ada anak yang bakatnya dalam bidang menggambar, berhitung, suara yang bagus, kekuatan fisik dalam olahraga, berbicara, dan yang semisalnya.

Ketika sudah mengetahui bakat anaknya tersebut, sudah selayaknya bagi orang tua untuk terus mendukung sang anak agar mengeksplor bakatnya masing-masing. Bukan justru malah egois dengan keinginannya sendiri yang ingin agar anaknya menjadi apa yang orang tua inginkan.

Berapa banyak anak di zaman ini yang akhirnya stres karena merasa terbebani dengan harapan orang tuanya? Padahal ia sendiri memliki bakat dan kemauan yang berbeda dengan apa yang diinginkan sang orang tua.

3. Akan Dimintai Pertanggungjawabannya

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari)

Anak adalah tanggung jawab orang tuanya. Orang tualah yang harus memenuhi setiap kebutuhan anak hingga dia sampai pada usia yang siap untuk survive dalam menjalani kehidupan yang keras.

Namun meskipun begitu, bukan berarti orang tua dapat semena-mena kepada anaknya, karena mungkin hal itu dapat memberikan dampak buruk bagi sang anak di masa yang akan datang. Ingat, segala keputusan Anda dalam mendidik anak akan dimintai pertanggungjawabannya kelak oleh Allah di hari akhirat.

4. Tidak Mengekang dan Berlaku Adil Kepada Anak-anak

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رضي الله عنه قَالَ : انْطَلَقَ بِي أَبِي يَحْمِلُنِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ اشْهَدْ أَنِّي قَدْ نَحَلْتُ النُّعْمَانَ كَذَا وَكَذَا مِنْ مَالِي ، فَقَالَ : أَكُلَّ بَنِيكَ قَدْ نَحَلْتَ مِثْلَ مَا نَحَلْتَ النُّعْمَانَ؟ قَالَ : لَا . قَالَ : فَأَشْهِدْ عَلَى هَذَا غَيْرِي ثُمَّ قَالَ : ( أَيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا إِلَيْكَ فِي الْبِرِّ سَوَاءً قَالَ : بَلَى . قَالَ : lفَلا إِذً

Dari Nu’man bin Basyir ra bahwasannya ayahnya datang membawanya menemui Rasulullah SAW, dia berkata: “Sungguh aku telah memberi pemberian berupa berupa ini dan ini dari harta milikku kepada anakku ini.”

Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Apakah semua anakmu mendapat pemberian seperti anakmu ini?’ Ayah An-Nu’man menjawab, “tidak.” Maka Rasulullah Saw pun bertanya, “Apakah engkau senang apabila mereka (anak-anakmu) semuanya berbakti kepadamu dengan sama?”

Lalu ayah An-Nu’man menjawab, “Aku mau wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah Saw bersabda : “Kalau begitu, jangan kau lakukan itu (pilih kasih).” (HR. Muslim).

Dalam hadits ini, Rasulullah Saw memberikan perintah kepada sahabatnya agar berlaku adil kepada semua anaknya. Maksudnya adalah dengan memberikan kasih sayang tanpa membedakan anak yang satu dengan lainnya. Sikap tersebut bertujuan agar seluruh anak yang dimiliki akan berbakti kepadanya dengan cara yang sama juga.

Selain itu, disini juga terdapat isyarat bagi orang tua agar tidak membiarkan anak yang satu dan mengekang anak lainnya. Hal itu karena termasuk ke dalam sifat tidak adil yang dilarang sebagaimana hadits di atas.

5. Kekang Anak agar Tidak Keluar Maghrib

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا ، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا ، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ

Artinya: “Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka lepaskan mereka.

Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika hadits-hadits sebelumnya berisikan agar orang tua tidak boleh mengekang anaknya, maka berbeda dengan hadits yang satu ini. Disini Rasulullah justru memerintahkan para orang tua agar mengekang anaknya di rumah pada waktu maghrib. Hal tersebut dilakukan karena pada waktu maghrib merupakan masa dimana setan-setan sedang berkeliaran. Wallaahu A’lam

Baca juga:

Hadits Tentang Cita-cita

Hadits Tentang Melahirkan