Kumpulan 5 Hadits Tentang Menghormati Guru: Dalil dan Keutamaannya!

Sudah tidak diragukan lagi, guru merupakan sosok mulia yang patut untuk dihormati. Betapa tidak, dengan ilmunya mereka sudah mengajarkan para muridnya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Karena itu tidak heran banyak hadits tentang menghormati guru yang dapat menjadi tamparan bagi kita untuk senantiasa memuliakan dan terus menghormatinya. Semoga bermanfaat ya!

1. Dosa Tidak Menghormati Guru

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR Ahmad)

Dengan sangat jelas, Baginda SAW dengan tegas menyebut siapa saja yang tidak memuliakan orang-orang yang usianya lebih tua bukan termasuk golongan kami, maknanya adalah bukan bagian dari kaum muslimin. Karena itu besar sekali bukan dosanya?

Tidak hanya menghormati yang tua, seorang muslim pun sudah sepatutnya untuk menyayangi yang lebih muda. Dalam hal ini tentu orang yang lebih tua tidak boleh merendahkan, menghardik, meremehkan, dan sewenang-sewenang terhadapnya.

Dan yang paling penting, setiap orang wajib untuk mengerti dan memahami para pemilik ilmu (guru) agar diutamakan pandangannya, dalam hal ini tentu menghormati dan mengutamakan setiap pandangan mereka, terkhusus dalam bidang yang dikuasai guru tersebut.

2. Hormat Kepada Guru dengan Mendoakannya

مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barangsiapa telah berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikannya itu. Jika engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdo’alah untuknya hingga engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” (HR Abu Daud)

Tidak diragukan lagi, guru merupakan sosok yang memberikan sejuta kebaikan pada muridnya. Ilmu-ilmunya menjadi penerang bagi kehampaan jiwa. Dengan ilmunya, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahui. Karena itu sudah selayaknya bagi kita untuk membalas jasa-jasa yang telah mereka berikan.

Sebagaimana hadits di atas, cara membalas jasa-jasanya tersebut adalah dengan menghormatinya dengan mendoakan kebaikan pada mereka. Doakan mereka agar rizkinya luas, keluarganya barokah, ilmunya bermanfaat, dimudahkan segala urusannya, dan doa-doa bermuatan kebaikan lainnya.

3. Tawadhu Kepada Guru


تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya”. (HR At-Tabrani)

Berdasarkan hadits di atas, Baginda SAW mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa tawadhu (rendah hati) kepada orang yang kita mengambil ilmu darinya, dalam hal ini tentu maksudnya adalah guru. Yang mana salah satu tujuan tawadhu tersebut adalah untuk mendapatkan barokah (keberkahan) dari ilmunya.

Ada banyak perbuatan seorang murid yang menunjukkan ketawadhuan di depan gurunya, antara lain tidak berbicara dengan keras dihadapannya, menjalankan setiap perintahnya selama tidak bertentangan dengan hukum syara, dan beberapa cara lainnya.

4. Hormat Dengan Mengamalkan Apa yang Diajarkannya

مَن سَنَّ سُنَّةً حَسنةً فعمِلَ بِها ، كانَ لَهُ أجرُها وَمِثْلُ أجرِ مَن عملَ بِها ، لا يَنقُصُ مِن أجورِهِم شيئًا

“Barangsiapa membuat contoh yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat.” (HR Ibnu Majah)

Perlu Anda ketahui, hormat kepada guru tidak hanya dapat diungkapkan dengan bertingkah rendah diri dihadapannya saja, melainkan dapat juga dilakukan dengan mengamalkan apa yang telah diajarkannya. Hal ini karena dengan melakukan perbuatan tersebut, guru akan mendapatkan aliran pahala dari kita.

Sebagai contoh, jika ada seorang guru yang mengajarkan 10 murid membaca Al Qur’an, maka selama murid-muridnya terus membacanya, pahala dari mereka senantiasa mengalir kepada guru tersebut.

Dalam hal ini Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwah atau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya.

5. Sikap Sahabat Menghormati Nabi SAW


كُنَّا جُلُوسًا فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ إلَيْنَا وَلَكَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، لَا يَتَكَلَّمُ أَحَدٌ مِنَّا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.” (HR Bukhari)

Muhammad SAW sebagai sosok yang sempurna, beliau tidak hanya mengambil peran sebagai nabi dan rasul saja, melainkan di sisi lain beliau pun merupakan sosok kepala negara, ayah, panglima perang, dan juga guru bagi umat.

Nah, para sahabat pun ketika duduk mendengarkan di hadapan Rasulullah SAW selalu takzim dan tidak bergerak sedikitpun. Karena itu, jika ada burung hinggap di kepala mereka, niscaya burung tersebut akan terus diam disana sebab para sahabat tetap diam dengan posisinya.

Baca juga:

Hadits Tentang Larangan Berpacaran

Hadits Tentang Surga dan Neraka