Kumpulan 5 Hadits Tentang Teknologi: Kewajiban Mempelajari dan Keutamaannya!

Teknologi apapun bentuknya adalah suatu hal yang sangat penting pada kehidupan hari ini. Tidak heran, sejak jauh-jauh hari Nabi Saw. sudah mengisyaratkan pentingnya mempelajari teknologi bagi seorang muslim.

Pada artikel ini, kami telah sedikit menghimpun beberapa hadits tentang teknologi yang mungkin dapat menjadi referensi Anda. Semoga bermanfaat ya!

1. Kewajiban Mempelajari Teknologi

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.” (HR Ibnu Majah)

Hadits di atas ini, sepertinya sudah sangat familiar di tengah-tengah kaum muslim. Bahkan mungkin sejak kita kecil sudah mendengar hadits yang singkat tapi penuh makna ini dari guru-guru yang ada di Sekolah Dasar maupun ketika kajian TPA yang diadakan di masjid sekitar rumah.

Pada dasarnya, hadits ini tidak secara langsung menyebut kata teknologi. Melainkan hadits ini memang merupakan dalil kewajiban untuk mempelajari ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, bahasa Arab, Al Qur’an dan yang semisalnya.

Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sejatinya disini juga ada anjuran untuk mempelajari teknologi yang notabene merupakan ilmu yang sangat bermanfaat untuk urusan dunia. Hal ini karena sebagian ulama ada yang menafsirkan kata ilmu dengan setiap apa yang berguna bagi kehidupannya di dunia. Dan tentu teknologi merupakan bagian dari hal yang sangat berguna bukan?

Bukankah dulu di masa Kekhalifahan Abbasiyah banyak sekali ilmuwan dan cendekiawan muslim yang menjadi pionir teknologi modern saat ini. Sebut saja Al Khawarizmi yang menemukan sistem Al Jabar, Ibnu Firnas penemu konsep pesawat terbang jauh sebelum Wright bersaudara, Ibnu Haytam sebagai Bapak Optik dunia, dan masih banyak yang lainnya.

2. Manusia Lebih Mengetahui Urusan Dunianya

Perlu Anda ketahui, Rasulullah Saw. tidak lebih tahu tentang ilmu dunia dibandingkan para shahabatnya. Di antara buktinya adalah hadits dari Anas tentang mengawinkan kurma.

مَرَّ بقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ، فَقالَ: لو لَمْ تَفْعَلُوا لَصَلُحَ قالَ: فَخَرَجَ شِيصًا، فَمَرَّ بهِمْ فَقالَ: ما لِنَخْلِكُمْ؟ قالوا: قُلْتَ كَذَا وَكَذَا، قالَ: أَنْتُمْ أَعْلَمُ بأَمْرِ دُنْيَاكُمْ.

Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sahabatnya yang sedang mengawinkan kurma. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Seandainya kalian tidak melakukan seperti itu pun, niscaya kurma itu tetaplah bagus.” Setelah beliau berkata seperti itu, mereka lalu tidak mengawinkan kurma lagi, namun kurmanya justru menjadi jelek. Ketika melihat hasilnya seperti itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Kenapa kurma itu bisa jadi jelek seperti ini?” Kata mereka, “Wahai Rasulullah, Engkau telah berkata kepada kita begini dan begitu…” Kemudian beliau bersabda, “Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR Muslim)

Berdasarkan hadits ini, dengan jelas bahwasanya Nabi Saw. tidak lebih mengetahui tentang urusan dunia dibandingkan mereka yang memiliki keahlian pada suatu bidang. Karena pada hakikatnya Nabi pun hanyalah manusia biasa sebagaimana apa yang tertulis dalam Al Qur’an.

Selain itu, frasa “Kamu lebih mengetahui urusan duniamu” juga mengandung makna bahwa manusia itu sangat membutuhkan berbagai perkara yang menunjang kehidupan mereka. Diantara perkara tersebut ialah teknologi. Seperti teknologi pangan, kesehatan, transportasi, dan yang semisalnya.

3. Ilmu yang Tidak Terputus

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim)

Hadis ini menyatakan bahwa ilmu yang kemudian diamalkan, maka pahalanya tidak akan pernah terputus. Sama halnya dengan penerapan ilmu dalam bentuk teknologi. Seperti misalnya membuat sebuah aplikasi yang di dalamnya mengandung unsur kebaikan, dan kebaikan-kebaikan yang dicantumkan dalam aplikasi tersebut terus
diamalkan oleh orang lain.

Maka sudah pasti si pembuat aplikasi ini mendapatkan pahala sama seperti orang yang mengamalkan kebaikan tersebut. Tidak ada yang buruk selama kita tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan tuntunan agama, meskipun ranahnya ialah teknologi.

4. Mengkaji Ilmu Teknologi untuk Sukses Dunia

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Barang siapa menginginkan perkara yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak diragukan lagi, untuk mencapai kesuksesan dunia, setiap orang tentu wajib memiliki ilmu yang dapat digunakannya sebagai wasilah kesuksesan tersebut. Tidak mungkin ada orang yang menjadi hebat, kaya, maupun terkenal di dunia tapi kosong dari suatu ilmu.

Diantara ilmu yang membawa kesuksesan di dunia adalah ilmu teknologi. Bukankah kita lihat saat ini bahwa mayoritas orang terkaya di muka bumi adalah mereka yang menguasai teknologi? Elon Musk dengan Space X dan teslanya, Bill Gates dengan Microsoftnya, Marck Zuckerberg dengan medsosnya.

So, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk mempelajari ilmu teknologi secara maksimal.

5. Orang yang Paham Teknologi Menjadi Rujukan

عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: «إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ

Dari sahabat Sa’ad mengisahkan, “Pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di tengah dadaku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda,

“Sesungguhnya Engkau menderita penyakit jantung. Temuilah Al-Harits bin Kaladah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya dia adalah seorang tabib (dokter). Dan hendaknya dia (Al-Harits bin Kaladah) mengambil tujuh buah kurma ‘ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” (HR. Abu Daud)

Meskipun seorang nabi yang diberikan banyak keistimewaan oleh Allah, Nabi Saw. tidak dapat melakukan semua hal, termasuk dalam menyembuhkan manusia. Bahkan pada hadits ini beliau menyuruh sahabatnya yang sakit tersebut untuk berobat kepada yang lebih paham dalam ilmu teknologi kesehatan, yaitu dokter.

Nah, secara tidak langsung hadits ini menunjukkan kemuliaan orang yang mengetahui teknologi. Hal ini karena mereka akan menjadi rujukan bagi siapapun yang butuh kepada teknologi yang dikuasainya. Wallaahu A’lam

Baca juga:

Hadits Tentang Aqidah Ahlak