Akhir-akhir ini konsep makan All You Can Eat (AYCE) mulai menjamur di kota-kota besar. Kebanyakan dari mereka umumnya mengusung konsep makanan khas Jepang atau Korea.
Salah satu restoran AYCE dengan konsep makanan khas Jepang yang cukup terkenal adalah Gyu-Kaku. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah Gyu-Kaku halal atau tidak?
Pertanyaan seperti ini sangat layak untuk ditanyakan, mengingat sudah selayaknya seorang muslim mengetahui terlebih dahulu status kehalalan suatu makanan sebelum mengonsumsinya. Karena bila tidak, bisa jadi ia akan terjerumus kepada keharaman yang akan mendapatkan ganjaran dosa dari Allah.
Berangkat dari hal tersebut, pada artikel ini kami akan sedikit mengupas seputar status kehalalan dari Gyu-Kaku berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Mengenal Gyu-Kaku
Sebagaimana yang telah disinggung pada pembukaan, Gyu-Kaku merupakan restoran AYCE yang mengusung konsep hidangan khas Jepang.
Tidak hanya makanannya, suasana serta dekorasi restoran yang memiliki arti “Tanduk Kerbau” ini pun mirip dengan restoran-restoran yang ada di Jepang. Karena itu Anda pun akan berasa seolah-olah sedang berada di Negeri Sakura.
Dalam catatan sejarahnya, restoran ini pertama kali berdiri di Sangenjaya, Tokyo, pada tahun 1996. Dari restoran pertama itu, pihak pengelola berhasil melakukan ivonasi dan pengembangan sehingga mampu menjadi salah satu operator restoran Yakiniku (daging yang dipanggang di atas api) terbesar di dunia.
Di Indonesia, restoran AYCE ini bermula di Aeon Mall BSD City pada tahun 2015. Dan kini, Gyu-Kaku telah memiliki sekitar 36 cabang yang tersebar di kota Jakarta, Bogor, Bandung, Bekasi, Depok, Tangerang, Yogyakarta, Makassar, Semarang, Bali, dan Surabaya.
Untuk konsep makannya, setiap orang nantinya akan memanggang sendiri daging yang tersedia dengan durasi waktu selama 90 menit. Setidaknya terdapat 3 paket pilihan menu dengan harga yang tidak jauh berbeda.
Adapun perbedaan dari 3 paket menu tersebut terletak pada jenis daging dan banyaknya varian. Semakin mahal paket yang Anda pilih, semakin banyak menu yang bisa Anda dapatkan. Karena itu Anda dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan dan kondisi keuangan tentunya.
Berikut ini paket menu yang tersedia di Gyu-Kaku:
Dari berbagai fakta di atas, lantas bagaimana status kehalalan Gyu-Kaku ini?
Gyu-Kaku Halal?
Apabila yang dimaksud halal adalah telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI, maka jawabannya adalah restoran ini belum tersertifikasi halal. Hal ini berdasarkan penelusuran kami di situs cek halal MUI dengan menggunakan kata kunci “Gyu Kaku”.
Namun meskipun begitu, tidak serta merta makanan atau restoran yang belum mendapatkan sertifikat halal MUI otomatis menjadi haram. Karena jika begitu logikanya, maka bagaimana dengan warteg, tukang bakso, tukang gorengan, dan para penjual makanan kaki lima lainnya?
Lantas sekarang bagaimana?
Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melihat makanan apa saja yang disajikan. Berdasarkan menu-menu yang sudah kami tampilkan di atas, secara umum setiap orang disini nantinya akan mendapatkan hidangan berupa berbagai jenis daging sapi, daging ayam, salad, sop, nasi, mie, dessert, dan beberapa hidangan lainnya.
Untuk olahan dagingnya, tampak di Gyu-Kaku tidak menggunakan daging babi sebagai salah satu hidangan utama maupun campuran dalam salah satu makanannya. Karena itu, bisa dikatakan restoran AYCE mengusung konsep “No Pork, No Lard”.
Dengan demikian, jika bersandar kepada menunya memang tidak tampak adanya penggunaan zat-zat haram yang digunakan oleh restoran ini. Namun memang jika masih ragu dengan kehalalannya dikarenakan belum memiliki sertifikat halal dari MUI, maka tidak perlu mengunjungi Gyu-Kaku untuk makan disana.
Oh ya, Anda juga punya pilihan untuk mengolah daging pada menu Gyu Kaku di rumah. Cukup dengan membeli alat panggang (grill). Kami punye rekomendasi grill anti lengket berkualitas dengan harga murah. Bisa gratis ongkir juga!
Wallaahu A’lam
Temukan status halal restoran lain:
Membantu Anda menelusuri informasi seputar kehahalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Saat ini sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar, Mesir. Ikuti kami di Telegram!