Kumpulan 7 Hadits Tentang Sakit dan Sabar: Diangkat Derajatnya hingga Terhapusnya Dosa

Sakit merupakan suatu hal yang lumrah terjadi pada manusia. Ketika dalam kondisi tersebut, kebanyakan manusia tentu akan merasa jengkel dan kesal atas sakit yang menimpanya.

Namun bagi seorang muslim, sakit yang diderita sudah seharusnya dihadapi dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Hal ini karena Rasulullah Saw. dalam beberapa haditsnya telah memerintahkan ummatnya untuk bersabar atas sakit yang diderita. Nah, berikut ini beberapa hadits tentang sakit dan sabar yang telah Baginda Nabi sampaikan untuk kita semua.

1. Sakit Adalah Penggugur Dosa

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Seorang manusia, apapun jenisnya, baik itu pria maupun wanita, tua atau muda, miskin ataupun kaya, tentu akan merasakan yang namanya sakit. Baik itu sakit yang ringan seperti flu biasa hingga penyakit komplikasi yang mungkin dapat dengan mudah merenggut nyawa pengidapnya.

Ketika dalam kondisi sakit tersebut, seorang muslim sudah selayaknya untuk bersabar atas takdir yang telah terjadi pada dirinya tersebut. Karena di dalamnya terdapat hikmah berupa penghapusan atas dosa-dosa yang telah kita buat selama ini.

2. Bersabar adalah Sebuah Kebaikan

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR Muslim)

Salah satu nikmat terbesar yang patut kita syukuri saat ini adalah kita masih diisitiqomahkan oleh Allah untuk hidup dalam keadaan beriman kepada-Nya. Kenapa patut disyukuri? Karena dengan hal tersebut, kita insya Allah telah dijamin untuk bisa masuk ke dalam surga-Nya kelak.

Selain itu, keuntungan lainnya menjadi seorang mukmin adalah setiap urusan yang kita lakukan sehari-hari dapat berbuah kebaikan. Termasuk di dalamnya ketika bersabar tatkala menghadapi musibah, baik itu musibah berupa ditimpa penyakit, kemiskinan, bencana alam, dan yang semisalnya.

3. Diridlai Allah

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. At Tirmidzi)

Bagi seorang muslim, tentu dicintai oleh Allah adalah sebuah tujuan yang sangat didamba-dambakan. Namun untuk mencapai tahap tersebut, dibutuhkan banyak perjuangan dan pengorbanan. Khususnya tentu perjuangan berupa keistiqomahan dari menahan hawa nafsu yang terus menyerang.

Nah ketika Allah sudah mulai cinta hamba kepada-Nya, maka berdasarkan hadits di atas, Dia akan menguji hamba-Nya tersebut, seberapamanakah kecintaan dia kepada-Nya. Ujian tersebut bermacam-macam. Bisa dalam bentuk kematian orang tercinta, kehilangan harta benda, atau bahkan diuji dengan sakit yang tak terhingga.

4. Jangan Mencela Penyakit

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ أَوْ أُمِّ الْمُسَيَّبِ فَقَالَ: (مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ؟) قَالَتْ: (الْحُمَّى, لَا بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا) فَقَالَ: (لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيد)

Diriwayatkan dari Jabir ibn Abdillah radhiyallahu ’anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pernah menjenguk Ummu As-Saaib atau Ummu Al-Musayyib lalu bertanya, “Wahai Ummu As-Saaib atau Ummu Al-Musayyib, kenapa kamu menggigil?” Dia menjawab, “(Aku sakit) demam, semoga Allah tidak memberkahinya.” Lalu beliau bersabda, “Janganlah kamu mencela sakit demam. Karena penyakit demam itu menghapus dosa-dosa anak cucu Adam (maksudnya; orang orang yang beriman –pent) sebagaimana perapian bisa menghilangkan kotoran besi.” (HR Muslim)

Sebagai manusia, sangatlah manusiawi bila kita mengeluh terhadap cobaan yang menghampiri diri ini. Baik itu cobaan berupa kematian orang tercinta, hingga dibuat menderita dengan sakitnya salah satu anggota tubuh.

Namun, seorang muslim sudah selayaknya untuk tidak mengeluh atas hal tersebut. Apalagi jika sampai mencela penyakit yang diderita, karena hal itu merupakan suatu larangan yang telah Rasulullah sampaikan sebagaimana hadits di atas. Jika seorang muslim berhasil sabar dari rasa sakitnya tersebut, maka percayalah bahwa Allah akan menghapus dosa-dosa muslim tersebut.

5. Mendapatkan Pahala

إذَا مَرِضَ العَبْدُ، أوْ سَافَرَ، كُتِبَ له مِثْلُ ما كانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Apabila seorang hamba sakit atau sedang safar, maka Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” (HR. Bukhari)

Bagi seorang hamba yang sudah rutin melakukan suatu amalan, misalnya tidak pernah bolong tahajjud, senantiasa shalat shubuh berjamaah di masjid, mendawamkan baca Al Qur’an setiap harinya, tidak ketinggalan shalat dhuha, kemudian suatu waktu dia tertimpa sakit, maka dia akan tetap mendapatkan pahala dari amalan yang telah ia rutinkan tersebut. Luar biasa sekali bukan?

6. Diangkat Derajatnya

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya atau dengannya dihapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq Alaih)

Dari hadits di atas, dapat disimpulkan secara singkat bahwa seorang mukmin akan diangkat derajatnya dan dihapuskan beberapa kesalahannya hanya karena terkena duri di jalan. Bayangkan, jika sakit yang ringan karena terkena duri saja sudah mendapatkan ampunan dari-Nya, lantas bagaimana jika sakit yang diderita amat berat? Maka betapa besar ampunan yang akan Allah berikan kepada-Nya.

7. Mendapatkan Surga

Atho bin Abi Robah mengatakan:

قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ: أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللهَ لِي، قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ قَالَتْ: أَصْبِرُ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا

Artinya: “Ibnu Abas berkata kepadaku, ‘Maukah kau kuperlihatkan seorang perempuan ahli surga?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, “Perempuan hitam ini telah datang kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan dan auratku sering tersingkap karenanya. Maka berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku.” Nabi bersabda, “Kalau kau mau bersabar bagimu surga. Dan bila kau mau aku mau mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata, “Aku mau bersabar saja.” Ia berkata lagi, “Auratku sering terungkap, maka mohonlah kepada Allah agar auratku tak terungkap lagi.” Maka Nabi mendoakannya.” (HR Muslim)

Dari hadits di atas dapat diambil satu pelajaran bahwa kesabaran yang dilakukan seseorang atas penyakit yang sedang diderita bisa menjadi jalan baginya untuk mendapatkan surga. Hadits tersebut juga menunjukkan dibolehkannya tidak berobat dengan bersabar atas cobaan yang diterima dan ridha terhadap ketentuan Allah. Wallaahu A’lam

Baca hadits lain:

Hadits Tentang Wanita yang Berkata Kasar

Hadits Tentang Fitrah Manusia