Inilah 15 Kitab yang Biasanya Dipelajari di Pesantren

Anda ingin mengetahui apa saja kitab yang biasanya dipelajari di pesantren? Jika iya, maka Anda sangat beruntung. Di artikel ini kami telah menyajikan dan mengulas secara ringkas 15 kitab yang biasanya menjadi bahan ajar di berbagai pesantren yang tersebar di seantero Nusantara.

Semoga bermanfaat ya!

1. Kitab Jurumiyah (Nahwu)

Kitab yang biasanya dipelajari di pesantren pertama yang akan kami ulas adalah kitab Jurumiyah. Merupakan sebuah kitab yang paling fenomenal dalam ilmu nahwu. Bahkan, bisa dikatakan bahwa Jurumiyah merupakan kitab yang menjadi pondasi pertama seseorang jika ingin menapaki tangga keilmuan dalam bidang nahwu.

Pengarang dari kitab yang sangat luar biasa ini adalah seorang ulama yang dikenal akan ketawadluan dan ketaqwaannya, yaitu Imam Shanhaji atau yang masyhur dengan nama Ibnu Ajurrum.

Dalam kitab ini, Ibnu Ajurrum berhasil menguraikan secara singkat kaidah-kaidah ilmu nahwu. Beliau menggunakan gaya bahasa yang sangat mudah dipahami oleh orang-orang awam. Sehingga siapapun yang mengkajinya insya Allah akan dimudahkan

Meskipun pembahasan dalam kitab ini terbilang singkat, tapi setiap pembahasannya memiliki makna yang sangat mendalam. Karena itu, tidak heran banyak sekali ulama yang memberikan syarah terhadap Jurumiyah.

Di pesantren yang ada di Indonesia sendiri, kitab ini biasanya tidak hanya dikaji semata, melainkan juga harus dihafalkan setiap santri. Baik itu menghapal langsung matannya, atau menggunakan hafalan nadzam atas Jurumiyah, yaitu menggunakan kitab Imrithi. Adapun kitab syarah atas Jurumiyah yang sering digunakan di pesantren-pesantren adalah Syarah Mukhtasor Jiddan karangan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.

2. Kitab Safinatun Naja (Fiqih Ibadah)

Berikutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Safinatun Naja. Kitab ini memiliki nama asli Safinatun Najah Fiima Yajibu ‘ala Abdi li Maulah. Adalah sebuah kitab dasar yang membahas ilmu fiqih ibadah dalam madzhab yang menjadi mayoritas di Indonesia, yaitu madzhab Syafi’i. Bisa dikatakan, kitab ini merupakan kitab fiqih syafi’i dasar yang paling banyak dikaji selain Matan Abi Syuja dan Yaqutun Nafis.

Penulisnya bernama Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair Al-Hadhromi yang lebih sering disebut Salim Al-Hadhromi. Beliau adalah seorang qodhi/hakim yang berasal dari negeri Yaman. Selain seorang qodhil, beliau juga berkiprah serta memiliki pengalaman dalam bidang politik dan militer.

Sebagai kitab dasar dalam suatu cabang ilmu, kitab ini berbentuk mukhtashor (ringkasan) sehingga di dalamnya tidak akan ditemukan hadis-hadis atau ayat-ayat. Karena itu, kitab ini sangat cocok dan bermanfaat bagi pemula apalagi kitab ini ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dan sangat ringkas.

Dalam kitab ini, sang penulis membahas seputar thoharoh dan segala hal yang berkaitan dengannya, shalat dan beberapa hal yang berkaitan dengannya, serta pengurusan jenazah serta zakat.

Sama seperti Jurumiyah, kitab ini juga biasanya dihafalkan oleh para santri. Adapun kitab syarah (penjelas) yang biasa digunakan di pesantren adalah Kasyifatus Saja karangan Imam Nawawi Al Bantani atau Ghayatul Muna karangan Syaikh Muhammad Ba’athiyyah.

3. Kitab Amsilah Tashrifiyah (Sharaf)

Selanjunya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Amsilah Tashrifiyah. Merupakan sebuah kitab dalam ilmu sharf yang dikarang serta disusun oleh salah satu ulama Nusantara, tepatnya yang berasal dari Gresik yaitu KH Muhammad Ma’shum bin Ali.

Beliau merupakan sosok ulama yang menjadi menantu dari pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Salah satu yang membuat kitab ini menjadi hebat adalah karena kitab ini ditulis ketika sang penulis masih berusia 19 tahun.

Di dalam kitab ini, sang penulis berhasil membuat susunan yang sistematis, sehingga sangat cocok untuk dijadikan kitab dasar dalam ilmu sharf. Mulai tsulatsi mujarrad hingga seterusnya beruntun, dan diawali dari at-tashrîf al-ishtilâhi hingga at-tashrîf al-lughawi.

Meski sistematis dan sangat mudah dibaca, al-Amtsilah at-Tashrîfiyah hanya memuat sedikit penjelasan, dan hal tersebut dapat dimaklumi dari judul kitab ini, al-Amtsilah at-Tasrifiyah yang jika kita artikan adalah “contoh-contoh tashrif (perubahan bentuk kata)”.

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, kitab ini tetap menjadi primadona pembelajaran sharaf di berbagai pesantren yang ada di Indonesia. Bahkan tidak hanya dikaji, kitab ini pun umumnya harus dihafalkan oleh para santri.

4. Kitab Ta’lim Muta’allim (Adab)

Berikutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Ta’lim Muta’allim. Sesuai dengan namanya yang memiliki arti “Belajar dan Mengajar”, kitab ini membahas seputar adab dan ahlak yang harus diperhatikan oleh para santri dan guru ketika dalam proses pendidikan.

Pengarang dari kitab ini adalah seorang ulama yang bernama Syaikh Az Zarnuji. Beliau merupakan ulama yang hidup pada abad 13 M. Beliau dikenal sebagai ulama bermadzhab Hanafi yang mahir dalam bidang pendidikan, tasawuf, ilmu sastra, fiqh, dan ilmu kalam.

Secara garis besar, kitab ini berisi bagaimana ahlak dan tata krama bagi seorang pelajar dalam menuntut ilmu. Kemudian juga membahas bagaimana keutamaan orang yang berilmu, macam-macam ilmu yang wajib dikaji, berbagai cara yang dapat meningkatkan hafalan, hal-hal yang dapat membuat hafalan cepat lupa, dsb.

Lazimnya Ta’lim Muta’alim akan menjadi kitab pembuka bagi seorang santri sebelum mengkaji kitab-kitab dari berbagai macam fan ilmu. Hal ini ditujukan agar santri nantinya tau adab-adab yang benar ketika melaksanakan proses pembelajaran.

5. Kitab Tafsir Jalalain (Tafsir Qur’an)

Selanjutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Tafsir Jalalain. Sesuai dengan namanya, kitab ini merupakan sebuah tafsir atas kalamaullah Al Qur’an. Adapun nama Jalalain merupakan sebuah tanda bahwasanya kitab ini ditulis oleh dua orang ulama bernama Jalaluddin, yaitu Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Imam Jalaluddin Al Mahalli.

Sebagai sebuah kitab tafsir, kitab ini sangatlah sering dikaji dalam dunia kepesantrenan di Indonesia. Hal ini karena kitab tafsir ini sangat ringkas dan tipis jika dibandingkan dengan kitab-kitab tafsir pada umumnya. Meskipun ringkas, kitab ini sangat memberikan banyak faidah bagi yang mengkajinya.

Selain karena ringkas, kelebihan lain dari kitab tafsir ini adalah penggunaan bahasa yang singkat, padat dan mudah dipahami oleh kalangan awam sekalipun serta menyebutkan berbagai pendapat yang rajih atau kuat dari berbagai pendapat yang ada.

6. Kitab Aqidatul Awam (Tauhid)

Berikutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Aqidatul Awam. Sesuai dengan namanya, maka kitab yang sering dipelajari di pesantren ini adalah sebuah kitab dasar dalam bidang aqidah atau tauhid. Pengarangnya adalah seorang ulama asal Mesir yang kemudian hari menjadi mufti di Makkah, yaitu Syaikh Ahmad Al Marzuqi.

Ilmu aqidah adalah ilmu yang menjadi pokok dari segala bidang ilmu. Karena itu pembahasannya amatlah penting. Nah, kitab inilah yang menjadi pijakan dasar seorang santri ketika mempelajari aqidah di pesantren selain kitab Kharidatul Bahiyyah dan kitab Jauharut Tauhid.

Secara umum kitab yang berbentuk matan-matan ini menjelaskan mengenai ilmu tauhid. Isi kandungan kitabnya meliputi berbagai para keimanan seperti sifat wajib, jaiz, dan mustahil Allah.

Kemudian membahas mengenai malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, iman kepada hari kiamat, Isra mi’raj dan berbagai perkara keimanan lainnya. Terdapat juga bahasan seputar seluk beluk keluarga Nabi Muhammad Saw, garis keturunan beliau, para istri dan putra-putrinya. Serta sedikit tentang perjalanan hidupnya.

Karena bentuknya yang berupa nadzom (bait-bait), maka biasanya para santri selain mengkaji juga diwajibkan untuk menghaflkannya. Apalagi jumlah nadzomnya hanya 57 bait, sehingga agak mudah untuk dihafalkan.

7. Kitab Sullamul Munawwaroq (Mantiq)

Selanjutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Sullamul Munawwaroq. Merupakan sebuah kitab yang membahas salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari, yaitu ilmu mantiq. Karena sulitnya inilah, tidak semua santri dapat mengkaji kitab ini. Biasanya yang mengkaji kitab Sullam hanyalah santri-santri senior yang telah memiliki basic bahasa arab dan tauhid yang kokoh.

Sebagai kitab dalam ilmu mantiq, kitab ini bisa dikatakan menjadi pijakan pertama bagi seseorang dalam menapaki jalan memahami ilmu mantiq. Ilmu mantiq sendiri adalah sebuah cabang sebuah tentang hukum-hukum berpikir untuk memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan dalam berpikir.

Pengarang dari kitab yang berbentuk nadzom (bait-bait) ini adalah ulama yang sama dengan pengarang kitab Jauharul Maknun yang juga akan dibahas pada ulasan kali ini, yaitu Syaikh Abdurrahman Al Akhdari.

Secara garis besar, kitab ini membahas pembahasan dalam ilmu mantiq seperti Tashawwur, Tashdiq, Kulliyat Khams, Lafadz, dan berbagai pembahasan lainnya. Karena berbentuk nadzam, maka kitab ini biasanya dikaji dengan kitab syarah (penjelas). Adapun syarah yang biasanya dikaji adalah kitab Idohul Mubham.

8. Kitab Arbain Nawawi (Hadits)

Kitab yang biasanya dipelajari di pesantren berikutnya adalah kitab Arbain Nawawi. Adalah sebuah kitab yang berisikan 42 hadits pilihan yang disusun oleh salah satu ulama besar yang namanya harum hingga saat ini, yaitu Imam An Nawawi.

42 hadis yang ditulis dalam kitab ini bisa dikatakan sudah cukup mewakili dan merangkum seluruh hadis Nabi Muhammad SAW karena merupakan hadis-hadis inti. Karena itu sebagian ulama menyebut hadits dalam arbain sebagai “rubu’ut tasyri’” (seperempat legislasi hukum Islam), “rubu’ud din” (seperempat dien), dan “tsulutsud din” (sepertiga dien).

Hadits-hadits tersebut menjelaskan mengenai landasan-landasan dalam Islam baik perkara ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), serta hadits-hadits yang berkaitan dengan jihad, zuhud, nasihat, adab, niat-niat yang baik dan semacamnya.

Karena jumlahnya yang sedikit, biasanya pondok pesantren mewajibkan para santrinya untuk menghafal hadits-hadits yang termaktub dalam kitab ini.

9. Kitab Jauharul Maknun (Balaghah)

Kemudian kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah Jauharul Maknun. Merupakan sebuah kitab dasar dalam ilmu balaghah yang lazim dikaji oleh setiap santri yang dikira sudah layak untuk mempelajari ilmu balaghah.

Ilmu balaghah adalah sebuah cabang ilmu bahasa arab yang mempelajari seputar masalah perkataan, iaitu mengenai susunannya, maknanya, pengaruh jiwa terhadapnya, serta keindahan dan ketepatan pemilihan kata yang sesuai.

Pengarang dari kitab ini adalah seorang ulama pakar bahasa yang juga menyusun kitab Sullamul Munawwaroq, yaitu Syaikh Abdurrahaman Al Akhdari.

Di dalam kitab ini, sang penulis telah menjelaskan tentang macam-macam majaz, hakikat, kinayah, tauriyah, thibaq, jinas, muqabalah, dan berbagai materi lain yang berkaitan dengan ilmu balaghah. Selain itu karena kitabnya berbentuk matan-matan, maka terkadang banyak santri yang mencoba untuk menghafal matan kitab ini.

10. Kitab Manzumah Baiquniyah (Ulumul Hadits)

Kitab yang biasanya dipelajari di pesantren berikutnya adalah kitab Manzumah Baiquniyah. Adalah sebuah kitab dasar yang membahas di dalamnya seputar ilmu ulumul hadits.

Secara simple, ulumul hadits atau yang juga dikenal dengan musthalah hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak. Nah, kitab inilah yang menjadi salah satu pijakan para santri dalam mempelajarinya. Selain tentu ada beberapa kitab lain yang serupa.

Pengarang dari kitab ini adalah salah seorang ulama di masanya, yaitu Thaha atau ‘Amr bin Muhammad bin Futuh al-Dimasyqi al-Syafi’i al-Baiquni. Beliau merupakan sosok ulama yang berasal dari Damaskus, Syria.

Secara garis besar, kitab ini membahas secara singkat mengenai macam-macam pembagian hadits. Baik itu hadits yang diterima (maqbul), maupun hadits yang tertolak (mardud). Adapun bentuk kitab ini adalah nadzom (bait-bait). Nadzamnya pun hanya berjumlah 34 bait. Karena sangat sedikit, maka biasanya pesantren mewajibkan kitab ini untuk dihafal para santri.

11. Kitab Dalailul Khairat (Doa dan Shalawat)

Selanjutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah Dalailul Khairat. Merupakan sebuah kitab kumpulan doa, hizib, shalawat yang biasanya diamalkan dan dikaji di pesantren. Pengarang kitab ini adalah Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al Jazuli. Beliau adalah sosok ulama asal Maroko yang masih tersambung nasabnya higga Imam Ali bin Abi Thalib.

Secara garis besar, kitab ini terdiri dari delapan hizib yaumiyah (hizib harian), tentu bacaan setiap hizib hariannya berbeda-beda; hizib hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, ahad, dan hizib hari senin yang kedua (tanda akhir dari wirid Dalail) yang dilanjutkan dengan doa. Terdapat juga beberapa wirid lain yang dapat diamalkan oleh yang membacanya

Dalam kitab ini, sang penulis menggunakan bahasa yang sarat dengan nilai sastra tinggi. Jika diperhatikan secara lebih lanjut, pemilihan diksi-diksinya melalui perenungan yang dalam dan tidak sembarangan, dan satu-satunya alasan ialah tentu untuk memuliakan dan memuji Nabi Muhammad.

12. Kitab Waroqot (Ushul Fiqih)

Berikutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah kitab Waroqot. Adalah sebuah kitab ringkas dan tipis yang dikarang oleh salah satu ulama besar di masanya, yaitu Imam Juwaini. Kitab ini merupakan pijakan dasar bagi seseorang yang ingin mendalami dan bertakhassus dalam bidang ushul fiqih.

Ushul fiqih sendiri merupakan sebuah ilmu yang menguraikan kaidah dan rambu-rambu bagaimana fikih diproduksi. Jadi, bisa dikatakan bahwasanya ilmu ushul fikih merupakan ilmu yang membentuk metode berpikir fikih dan nalar syar’i dalam Islam.

Dalam kitab ini, Imam Juwaini menguraikan penjelasan kaidah ushul fiqih dengan singkat namun padat makna. Karena itulah yang akhirnya menjadikan banyak pesantren mengajarkan kitab ini kepada santrinya sebagai pengantar dalam bidang ilmu ushul fiqih.

13. Kitab Tuhfatul Athfal (Tajwid)

Kitab yang biasanya dipelajari di pesantren berikutnya adalah kitab Tuhfatul Athfal. Merupakan sebuah kitab berbentuk nadzham (bait-bait) yang mengandung kaidah-kaidah dasar ilmu tajwid yang dirangkai dengan indah, oleh karena itu kitab ini di beri judul Tuhfatul Athfal yang berarti “Senandung Anak-Anak”.

Pengarang kitab ini adalah Syaikh Sulaiman bin Hasan bin Muhammad Al Jamzuriy yang dinisbatkan pada Jamzur, yakni nama salah satu kampung di Mesir, dekat daerah Thanthaa. Beliau merupakan sosok ulama yang terkenal akan kealiman dan ketaqwaannya.

Secara garis besar, kitab yang berisikan 61 bait ini membahas seputar kaidah-kaidah tajwid seperti kaidah nun mati, kaidah mim mati, kaidah mad, dan berbagai kaidah tajwid lainnya. Karena jumlah baitnya yang sedikit inilah, banyak pesantren yang juga memberi intruksi para santrinya untuk menghafal kitab ini.

14. Kitab Khulashoh Nurul Yaqin (Tarikh)

Selanjutnya kitab yang biasanya dipelajari di pesantren adalah Khulashoh Nurul Yaqin. Adalah sebuah kitab yang membahas sejarah hidup sang Baginda Tercinta Muhammad Saw. Sesuai dengan namanya yaitu khulashh (ringkasan), maka kitab ini memang meringkas dari kitab Nurul Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin.

Pengarang dari khulashoh ini adalah seorang ulama bernama Syaikh Umar Abdul Jabbar. Adapun pengaran kitab Nurul Yaqin yang diringkas oleh Syaikh Umar adalah Syaikh Muhammad bin Afifi Al-Bajuri yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Al-Khudri Bek.

Dalam kitab ini, sang penulis memaparkan dan menguraikan secara ringkas dan jelas mengenai perjalanan hidup nabi Muhammad. Dari mulai kelahiran, masa kecilnya, masa mudanya, masa menikahnya, masa kenabian, hingga masa wafatnya.

Kelebihan dari kitab sejarah ini adalah bahasanya yang mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Karena itulah akhirnya banyak pesantren yang menggunakan kitab ini sebagai bahan ajar dalam ilmu tarikh islam.

15. Kitab Sullamut Taufiq (Tasawwuf dan Fiqih)

Kitab yang biasanya dipelajari di pesantren terakhir yang akan kami ulas adalah kitab Sullamut Taufiq. Merupakan sebuah kitab yang dikarang oleh salah seorang ulama dari Yaman, yaitu Sayyid Abdullah Ba’alawi. Beliau merupakan sosok ulama yang tersambung nasabnya hingga nabi Muhammad Saw.

Dalam menulis kitab ini, sang penulis membentuknya menjadi mukhtashor (ringkasan). Isinya mencakup pembahasan akidah ringkas dan hukum-hukum secara singkat. Selain itu Syaikh Ba’alawi juga membahas seputar Tasawwuf atau yang dikenal juga dengan Tazkiyatun Nafs di dalamnya.

Secara garis besar, bab-bab yang terdapat dalam kitab ini antara lain ushuluddin, thoharoh, salat, zakat, puasa, haji, muamalat, tazkiyatun nafsi, dan bayanul ma’ashi. Karena cakupan bahasannya yang luas inilah, kitab ini menjadi salah satu kitab yang lazim dikaji di berbagai pesantren.

Wallaahu A’lam

Baca juga:

Inilah 3 Rekomendasi Kitab Tentang Akhir Zaman

Inilah 3 Rekomendasi Kitab Tentang Pendidikan Anak