Mengenal Khat Diwani: Pengertian, Ciri, Sejarah & Jenisnya

Khat diwani adalah satu dari 6 khat yang lazim digunakan oleh para kaligrafer di seluruh dunia. Jika Anda sedang mencari informasi tentang khat tersebut, maka Anda sangat beruntung. Kami telah mengulasnya dengan ulasan yang lengkap dan mudah dipahami.

Semoga bermanfaat ya!

Pengertian Khat Diwani

Khat Diwani adalah salah satu jenis khat yang tumbuh dan berkembang pada zaman pemerintahan Daulah Utsmaniyah. Adalah Ibrahim Munif sosok yang menciptakan metode dan menentukan setiap kaidah khat ini. Yang mana khat ini diperkenalkan secara resmi pasca penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatin pada tahun 1453 M.

Dinamakan dengan khat diwani karena ia dinisbahkan kepada kantor-kantor (diwan) pemerintah di mana tulisan itu digunakan. Kemudian dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat diwani menyebar ke seluruh kalangan masyarakat utsmani pada masa tersebut.

Di zaman penyebarannya, khat ini hanya digunakan untuk menyalin berbagai ketetapan dokumen dan buku-buku resmi negara. Tetapi, di masa modern saat ini, gaya kaligrafi ini digunakan untuk menulis sertifikat hingga berfungsi sebagai alat dekorasi.

Sejarah Khat Diwani

Sebagaimana disinggung di awal, khat ini baru muncul di era Daulah Utsmaniyah. Penciptanya adalah seorang kaligrafer masyhur di masanya yaitu Ibrahim Munif. Kala itu, khat ini sempat menjadi “rahasia” kerajaan, yang hanya diketahui oleh sultan dan para juru tulisnya.

Barulah setelah penaklukan Konstantinopel terjadi, khat ini tersebar luas ke seluruh kalangan masyarakat Utsmani. Di waktu berikutnya, khat jenis ini mendapatkan penyempurnaan oleh salah satu Wazir (menteri) Utsmani yaitu Ahmad Syahlan Basya. Selain menyempurnakan, ia juga memiliki andil besar dalam mempopulerkannya khat ini di kalangan masyarakat Turki Usmani pada saat itu. 

Setelah menyebar ke berbagai wilayah Turki Usmani, khat ini mulai berkembang ke penjuru negeri muslim lainnya. Di Mesir, khat jenis ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh Mahmud Syukri Basya Al- Misri, seorang dewan kerajaan Turki Usmani di Mesir.

Dari Mahmud Syukri ini, lahirlah salah satu murid terbaiknya yang bernama Musthafa Ghazlan Bik. Dia merupakan kaligrafer handal di masanya yang membawa khat diwani ke puncak keindahannya dengan membuat metode baru dalam penulisan kaligrafi diwani yang berbeda dengan pendahulunya, yaitu Muhammad Izzat at-Turki.

Metode baru yang dikembangkan oleh Ghazlan Bik ini nyaris membuat kaligrafi ini disebut “Khat Ghazlaniy”. Dengan demikian, ada dua metode dalam khat ini, yaitu:

Pertama, metode Muhammad Izzat At-Turki yang kemudian hari masyhur dengan metode Utsmani, dengan ciri-ciri tulisan yang lebih rapat, ukuran huruf yang kecil sama seperti riq’ah dan sangat patuh pada garis.

Kedua, metode Ghazlan Bik yang lebih dikenal dengan metode Mesir dengan ciri tulisan yang lebih renggang serta bebas dan tidak patuh terhadap garis.

Dari kedua metode ini, muncullah seorang kaligrafer hebat lainnya yang bernama Muhammad Hasyim Al-Bagdadi yang menggabungkan dua metode, yaitu metode Muhammad Izzat dan metode Ghazlan Bik. Yang mana metode ini di kemudian hari dikenal dengan metode Irak.

Ciri Khat Diwani

Pada prinsipnya, khat diwani dapat dikenali oleh gerakannya yang melimpah ruah dan hurufnya yang bertambah dan menaik secara bertahap pada akhir baris. Ciri lainnya adalah bentuknya yang menampilkan kecenderungan pada penggabungan huruf-huruf dengan posisi luar biasa dan tidak konvensional.

Kemudian alur goresan untuk diwani sangat jauh berbeda dengan goresan untuk Khat naskhi, riq’ah, atau tsulust. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Diwani adalah yaitu goresannnya sangat lentur dan bebas. Selain itu seringkali ukuran dan bentuk huruf- huruf dalam satu kalimat tidak seragam tergantung kepada kepantasan atau selera penulisnya.

Adapun untuk memenuhi kelenturan yang dibutuhkan, maka potongan pena dibuat sangat miring kurag lebih 50ᴼ. Hal lainnya adalah diwani hampir tidak pernah dibantu oleh unsur-unsur tambahan seperti harokat atau hiasan bebungaan. Unsur tambahan baru boleh digunakan sekedar untuk memberikan tekanan vokal, misalnya harokat atau huruf akhir agar pembaca mengerti maksdunya.

Selain itu, umumnya huruf dalam khat ini digoreskan dengan sangat miring ke kiri, saling tumpang tindih antara satu huruf dengan yang lain. Kemudian rata-rata hurufnya ditulis di atas garis kecuali huruf jim, ha, kha, mim, dan lam akhir, yang mana kebanyakan huruf tersebut dibuat bulat melengkung,

Jenis-jenis Khat Diwani

Secara umum, khat diwani terbagi menjadi 3 jenis yang memiliki ciri dan kekhasan yang berbeda. Berikut pembagiannya:

Diwani ‘Adi

Diwani ‘Adi merupakan gaya khat yang biasa tampil (‘adi) sesuai dengan struktur tulisan sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kaki-kaki tulisan yang umumnya berbaris datar sehingga pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.

Diwani Mutarabit

Gaya diwani ini merupakan diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling berjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Kaligrafer yang mempopulerkan gaya penulisan Diwani Mutarabit ini adalah Ghazlan Bik. Dan ia menjadi tokoh utama dalam penulisan diwani gaya Mutarabit ini, sehingga gaya penulisan Ghazlan Bik dijadikan acuan bagi kaligrafer yang akan sesudahnya.

Diwani Jali

Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki Utsmani dan merupakan pengembangan dari Diwani Adi. Kata “jali” sendiri berarti jelas, kejelasan tersebut tampak pada detailnya syakal yang penuh di dalamnya disertai dengan titik-titik kecil di setiap hurufnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ini untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat keluar negeri pada masa dinasti Turki Utsmani ketika itu.

Wallaahu A’lam

Baca juga:

Mengenal Seni Khat: Pengertian, Sejarah & Jenis-jenisnya