Dalam islam berkompetisi atau perlombaan bukanlah dalam perkara keduniaan seperi berlomba dalam membuat penemuan dan sebagainya. Akan tetapi, adalah perlompaan dalam hal kebaikan.
Mengenai perkara ini, Rasulullah SAW telah menerangkannya dalam banyak hadits. Bahkan, Allah pun menyinggung dalam beberapa ayat Al Qur’an. Nah, karena itu disini kami telah mengumpulkan beberapa hadits tentang berlomba lomba dalam kebaikan yang mungkin dapat bermanfaat bagi Anda semua.
1. Kisah Sahabat Nabi Pada Perang Uhud
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ سَيْفًا يَوْمَ أُحُدٍ فَقَالَ مَنْ يَأْخُذُ مِنِّي هَذَا فَبَسَطُوا أَيْدِيَهُمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ يَقُولُ أَنَا أَنَا قَالَ فَمَنْ يَأْخُذُهُ بِحَقِّهِ قَالَ فَأَحْجَمَ الْقَوْمُ فَقَالَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ أَبُو دُجَانَةَ أَنَا آخُذُهُ بِحَقِّهِ قَالَ فَأَخَذَهُ فَفَلَقَ بِهِ هَامَ الْمُشْرِكِينَ
Dari Anas bahwa pada waktu perang Uhud, Rasulullah SAW mengambil sebilah pedang dan bertanya, “Siapakah di antara kalian yang ingin mengambil pedang ini dariku?” Para Sahabat berlomba-lomba mengulurkan tangan sambil berkata, ‘Saya, Saya.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya lagi: “Siapakah yang siap mengambil pedang ini dengan menunaikan haknya?” Para Sahabat mundur teratur, hingga datang Simak bin Kharasyah Abu Dujana, seraya berkata, “Saya siap mengambilnya dengan menunaikan haknya.” Anas berkata, “Simak bin Kharasyah mengambil pedang itu dan mempergunakannya untuk menyerang pasukan kaum musyrikin.” (HR Muslim)
Sahabat nabi sebagai generasi terbaik diantara seluruh umat Muhammad, tentu memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Salah satunya mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang dikisahkan pada riwayat di atas. Ya, para sahabat berlomba untuk mendapatkan pedang milik Nabi untuk dipakai melawan kaum musyrik yang pada akhirnya disambar oleh Simak bin Kharasyah.
2. Sepenggal Kisah Umar dan Abu Bakar
Dari Umar bin Khattab RA,
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَتَصَدَّقَ ، وَوَافَقَ ذَلِكَ مَالا عِنْدِي ، فَقُلْتُ : الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ ، إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا ، فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَا أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ؟ ” ، قُلْتُ : مِثْلَهُ ، وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ ، فَقَالَ لَهُ : ” يَا أَبَا بَكْرٍ ، مَا أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ؟ ” قَالَ : أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، فَقُلْتُ : لا أُسَابِقُكَ عَلَى شَيْءٍ أَبَدًا.
Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata, “Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku.” Sampai Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?” Kujawab, “Semisal dengan ini.”
Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah SAW lalu bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya”. Umar berkata, “Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Siapa yang tidak mengenal sosok Abu Bakar dan Umar? Kami yakin hampir seluruh kaum muslim sudah mengetahuinya. Sebagai dua sosok sahabat utama, mereka betul-betul selalu totalitas dalam kebaikan.
Sebagaimana hadits di atas, Sayyidina Umar berusaha berinfaq dengan sangat banyak untuk mengalahkan infaknya Abu Bakar, namun ternyata Umar kalah. Hal ini karena Abu Bakar melakukan suatu hal yang mungkin sangat tidak masuk akal bagi orang yang tidak beriman. Ya, beliau menginfakkan seluruh hartanya kepada Rasulullah guna kepentingan dan maslahat kaum muslim. Luar biasa sekali bukan?
3. Bersegeralah Beramal Sebelum Datang Fitnah
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
”Segeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan suatu bagian dari dunia ini.” (HR Muslim)
Hadits ini berisi perintah untuk bersegera melakukan amalan sholih. Setidaknya disini dikabarkan akan datang fitnah seperti potongan malam. Artinya fitnah tersebut tidak terlihat. Ketika itu manusia tidak tahu ke manakah mesti berjalan. Ia tidak tahu di manakah tempat keluar.
Fitnah tersebut bisa jadi karena beberapa hal, seperti karena racun pemikiran ataupun karena syahwat untuk bermaksiat.
Nah, fitnah di atas itu diibaratkan dengan potongan malam yang sekali lagi tidak diketahui. Sehingga seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir.
Lalu apakah maksud menjual agama pada hadits tersebut? Menjual agama yang dimaksud di sini adalah menukar agama dengan harta, kekuasaan, kedudukan atau bahkan dengen perempuan.
4. Salah Satu Nasihat Nabi
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ تُشْغَلُوا وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ لَهُ وَكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ تُرْزَقُوا وَتُنْصَرُوا وَتُجْبَرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْكُمْ الْجُمُعَةَ فِي مَقَامِي هَذَا فِي يَوْمِي هَذَا فِي شَهْرِي هَذَا مِنْ عَامِي هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فِي حَيَاتِي أَوْ بَعْدِي وَلَهُ إِمَامٌ عَادِلٌ أَوْ جَائِرٌ اسْتِخْفَافًا بِهَا أَوْ جُحُودًا لَهَا فَلَا جَمَعَ اللَّهُ لَهُ شَمْلَهُ وَلَا بَارَكَ لَهُ فِي أَمْرِهِ أَلَا وَلَا صَلَاةَ لَهُ وَلَا زَكَاةَ لَهُ وَلَا حَجَّ لَهُ وَلَا صَوْمَ لَهُ وَلَا بِرَّ لَهُ حَتَّى يَتُوبَ فَمَنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَلَا لَا تَؤُمَّنَّ امْرَأَةٌ رَجُلًا وَلَا يَؤُمَّ أَعْرَابِيٌّ مُهَاجِرًا وَلَا يَؤُمَّ فَاجِرٌ مُؤْمِنًا إِلَّا أَنْ يَقْهَرَهُ بِسُلْطَانٍ يَخَافُ سَيْفَهُ وَسَوْطَهُ
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Rasulullah berkhutbah di hadapan kami, beliau mengatakan:
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati, bersegeralah beramal shalih sebelum kalian sibuk, dan sambunglah antara kalian dengan Rabb kalian dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya, banyak sedekah dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Niscaya kalian akan diberi rezeki, ditolong dan dicukupi.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian salat Jum’at di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki Imam adil atau bejat, kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya dan urusannya tidak akan diberkahi.
Ketahuilah, tidak ada salat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat. Maka barangsiapa bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Ketahuilah, tidak boleh seorang perempuan mengImami lakilaki, orang badui mengimami seorang muhajir dan tidak boleh orang fajir mengimami seorang mukmin, kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ditakuti pedang dan cambuknya.” (HR. Ibnu Majah)
5. Segeralah Beramal Sebelum Datang 7 Perkara
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ .قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
“Segeralah beramal (sebelum datang) tujuh (perkara), apakah kalian menunggu selain kefakiran yang membuat lupa, atau kekayaan yang melampaui batas, atau penyakit yang merusak, atau masa tua yang tak terhindarkan, atau kematian yang menyergap tiba-tiba, atau Dajjal, seburuk-buruk hal gaib yang dinanti-nanti atau kiamat dan kiamat itu lebih menghancurkan dan lebih pahit.” (HR Tirmidzi)
Sama dengan hadits pertama, pada hadits ini juga Rasulullah menyeru ummatnya untuk bersegera dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Hal ini karena manusia tidak tau apa yang akan menimpanya satu menit kedepan, atau bahkan satu detik kedepan. Karena itu tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk berlalai-lalai dari menjalani kebaikan dalam hidupnya.
Baca juga:
Kumpulan Hadits Tentang Ukhuwah Islamiyah
Kumpulan Hadits Tentang Keutamaan Qurban
Membantu Anda menelusuri informasi seputar kehahalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Saat ini sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar, Mesir. Ikuti kami di Telegram!